Pengembangan Layanan IT - Berbicara mengenai asal-usul atau sejarah lahirnya Kabupaten Kuningan sebenarnya terlalu mendramatisir bilamana dikait-kaitkan dengan masa Prasejarah diwilayah itu. Sebab tanpa membahas itupun pada nyatanya kita mampu menerka dan menemukan jawaban mengenai kenapa daerah tersebut dinamakan Kuningan. Bukan begitu?
Kuningan secara bahasa bermakna sesuatu benda yang berwarna kuning. Jadi kalau ada cincin, gelang, atau barangkali bokor (tempat penyimpanan sirih/Sejenis Guci) berwarna kuning yang mana benda-benda tersebut bukan terbuat dari emas ataupun perak maka benda-benda itu dikata terbuat dari kuningan.
Kuningan secara bahasa bermakna sesuatu benda yang berwarna kuning. Jadi kalau ada cincin, gelang, atau barangkali bokor (tempat penyimpanan sirih/Sejenis Guci) berwarna kuning yang mana benda-benda tersebut bukan terbuat dari emas ataupun perak maka benda-benda itu dikata terbuat dari kuningan.
Perlu dicatat bahwa kuningan ini sebenarnya warnanya tidak benar-benar kuning, lebih tepatnya hanya mirip warna kuning. Seperti orang Cina dalam budaya kita disebut sebagai orang yang berkulit kuning, nyatanya kuningnya warna kulit orang Cina tidak benar-benar kuning seperti warna buah blimbing. Anda sadar dengan hal ini..?
Munculnya nama Kuningan untuk menandai sebuah wilayah Kabupaten yang kini terletak di selatan Cirebon ini, sebetulnya berkaitan dengan Sejarah Cirebon. Ada yang berasumsi bahwa nama Kuningan itu diambil dari nama anak Sunan Gunung Jati yang bernama Arya Kemuning. Dinamakan Arya Kemuning karena dipercayai yang bersangkutan tampilan fisik kulitnya Kuning sebagaimana kulit etnis Cina pada umumnya.
Dalam Naskah-naskah Cirebon, dikatakan bahwa Arya Kemuning merupakan anak dari Ong Tien, seorang putri Cina yang dinikahi oleh Sunan Gunung Jati. Selain itu Naskah-naskah Cirebon juga menjelaskan bahwa Arya Kemuning ini, sebenarnya bukan anak bilogis dari Sunan Gunung Jati dan Ong Tien. Karena dalam kisahnya dijelaskan bahwa ketika Sunan Gunug Jati mengembara ke Negeri Cina, rupanya Sunan Gunung Jati di uji kesaktiannya oleh Penguasa lokal di daratan Cina tersebut, dengan cara tebak-tebakan.
Sang Penguasa diceritakan punya dua puetri yang satu sudah menikah dan menurut tabib istana sedang dalam keadaan hamil muda sementara yang kedua adalah puetri yang masih gadis yang tentu saja sedang tidak hamil karena memang tak bersuami.
Si penguasa itu kemudian diceritakan menyuruh kedua anaknya untuk hadir dihadapan Sunan Gunung Jati, dan kemudian sang penguasa menyuruh Sunan Gunung Jati menabak putri mana yang sedang hamil. Ajaibnya Sunan Gunung Jati kemudian menebak bahwa putri yang kedualah yang sedang hamil.
Mendengar Jawaban dari Sunan Gunung Jati demikian tentu saja Sang ayah tidak percaya akan kesaktian Sunan Gunung Jati, mengingat meskipun Putri yang ditebak oleh Sunan Gunung Jati tersebut berpenampilan layaknya orang hamil akan tetapi pada nyatanya putri tersebut perutnya telah dipasangi Bokor (Sejenis Guci Yang Terbuat Dari Kuningan) sebelum dihadapkan pada Sunan Gunung Jati. Dari hasil ujian kesaktian tersebut, Sunan Gunung Jati kemudian dianggap pembohong, dan pada akhirnya diusir dari Cina oleh penguasa tersebut.
Perlu dipahami bahwa dalam naskah-naskah babad Cirebon dinyatakan bahwa sebab-sebab dipanggilnya Sunan Gunung Jati ke Kediaman Penguasa Cina itu dikarenakan sebelumnya Sunan Gunung Jati dianggap lancang menyebarkan Agama Islam di daerah itu, dalam penyebaran agama Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati di Cina tersebut dikatakan Suanan Gunung Jati berdakwah dengan cara mengobati orang-orang sakit didaerah itu dengan jalan keajaiban. Inilah sebabnya kemudian mengapa sang penguasa memanggil Sunan Gunung Jati ke kediamannya untuk di tes kesaktiannya, dalam kata lain sang penguasa itu penasaran ini penyebar Islam asing ini benar-benar sakti apa tukang tipu, bekitu kira-kira pikir sang penguasa.
Setelah dianggap gagal dalam menebak, mana yang hamil dan yang tidak kemudian diceritakan Sunan Gunung Jati diusir dari Cina, dan pada nantinya Sunan Gunug Jati meninggalkan Cina menuju Cirebon. Namun demikian setelah peristiwa itu,kejadian aneh muncul, ternyata Puteri yang pura-pura hamil dengan mengikatkan bokor diperutnya itu kemudian ternyata benar-benar hamil, dan bahkan diceritakan bokor tersebut kemudian menghilang dan masuk kedalam perut sehingga menjadi janin.
Memndapati Puterinya hamil, sang penguasa kemudian baru menyadari bahwa Sunan Gunung Jati benar-benar orang Sakti, dan mengakui kesaktiannya. Namun malang nasib sang puteri itu, hamil tiada suami. Sebab itulah kemudian sang Puteri diperintahkan untuk pergi meninggalkan Cina dan berlayar ke Cirebon untuk mengabdikan diri ke Sunan Gunung Jati. Puteri Cina itu dikenal dengan nama Ong Tien. Dan kelak anak yang lahir dari rahim Ong Tien tersebut kemudian diberi nama Arya Kemuning yang dipercayai mempunyai arti seorang kesatria yang lahir dari bokor yang terbuat dari kuningan. Tapi ini versi legenda, jauh daripada logika. Bukan begitu?
Meskipun secara jelas Naskah Cirebon menyatakan bahwa asl-usul Arya Kemuning merupakan anak jelmaan Bokor Kuningan yang tiada berayah, akan tetapi tidak demikian dengan asumsi penulis. Penulis beranggapan itu hanya kisah legenda saja, mengingat naskah-naskah Cirebon pada nyatanya dituliskan dengan bahasa kiasan sastra yang perlu penafsiran-penafsiran dalam menanggapinya.
Penulis menduga bahwa, "Arya Kemuning merupakan anak biologis dari Sunan Gunung Jati dan Puteri Cina yang bernama Ong Tien, dinamakan Arya Kemuning karena anak tersebut berkulit kuning seperti kulit ibunya. Setelah kelahiran Arya Kemuning, Sunan Gunung Jati membawa beliau jauh dari Istana dan dititpkan kepada suadara beliau diselatan Cirebon (Luragung), dan ketika dewasa Arya Kemuning kemudian diangkat menjadi Adipati diderah tersebut, Daerah yang dipimpinnya kemudian dinamakan Daerahnya orang Kuning/Kuningan, sementara Arya Kemuning kemudian dikenal juga dengan nama Pangeran Kuningan. Maksudnya penguasa wilayah Kuningan".
Selanjutnya, jika pembaca mempertanyakan apa landasan asumsi penulis hingga berasumsi sebagimana di atas itu?, maka jawabnya demikian;
Sunan Gunung Jati itu punya kebiasaan unik dalam membangun kekuasaan dan menyebarkan Islam di tanah Sunda. Seperti dalam kasus Banten, Sunan Gunung Jati setelah mengislamkan Adipati Banten kemudian memperistri anak dari sang adipati (Ada juga yang menyatakan Adik Adipati Banten), wanita yang diperistri Sunan Gunung Jati itu bernama Nyimas Kawunganten, dari perkawinan keduanya kemudian beliau memperoleh anak laki-laki yang diberinama Pangeran Sabakinkin, yang menpunyai nama lain Maulana Hasanudin. Dan belakangan Maulana Hasanudin ini kemudian setelah dewasa dinobatkan menjadi Sultan Banten oleh Sunan Gunung Jati. Dan Banten dijadikan pusat penyebaran Islam di Sunda bagian barat.
Nah begitupun dengan kasus Kuningan, Arya Kemuning itu nyatanya Anak Sunan Gunung Jati sendiri yang dipersiapkan untuk menjadi Adipati Kuningan. Dahulu gelar Adipati itu tidak sembarang orang, harus keturunan Raja Pusat atau minimal Sudara dekat, kan begitu.
Lalu, kenapa Kuningan tidak dibuat kesultanan dan pusat penyebaran Islam di Sunda juga macam banten..? Ya jawabnya karena Kuningan dekat dengan Cirebon jadi tidak perlu, begitu. Saya menduga pembentukan Keadipatian Kuningan Ini sebagi Benteng Cirebon dalam menghadapi kerajaan Galuh yang berpusat di Kawali (Sekarang Ciamis), Sehingga dengan adanya Kuningan yang Pro Cirebon, serbuan Kerajaan Galuh sebelum masuk ke pusat Kesultanan Cirebon dapat terlebih dahulu ditangkal oleh Kuningan.
Dalam sejarah Kabupaten Kuningan diputuskan bahwa hari jadi Kab Kuningan yaitu pada 1 September 1498 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kuningan Nomor 21/Dp.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978. Tahun tersebut didasarkan pada tahun dimana Arya Kemuning diangkat menjadi Adipati yang memerintah Kuningan dibawah Kesultanan Cirebon. Selain itu dalam legenda atau cerita-cerita yang berkembang dikuningan, dikatakan bahwa Arya Kemuning dan Pangeran Kuingan itu adalah dua orang yang berbeda. Tapi anehnya dalam naskah-naskah Cirebon tidak demikian, Arya Kemuning ya Pangeran Kuningan satu orang, anak Ong Tien itu.
Bagaimana...? sekali lagi bahwa yang di atas itu hanya asumsi dari penulis saja, kalau anda percaya silahkan tidakpun tidak apa-apa. Tapi saya kira asumi penulis itu berdasar dan tentunya lebih logis, atau anda sebagai orang Kuningan merasa keberatan..? Silahkan bagi yang berkebaratan tulisakan keberatanya pada kolom komentar ya..!!
Munculnya nama Kuningan untuk menandai sebuah wilayah Kabupaten yang kini terletak di selatan Cirebon ini, sebetulnya berkaitan dengan Sejarah Cirebon. Ada yang berasumsi bahwa nama Kuningan itu diambil dari nama anak Sunan Gunung Jati yang bernama Arya Kemuning. Dinamakan Arya Kemuning karena dipercayai yang bersangkutan tampilan fisik kulitnya Kuning sebagaimana kulit etnis Cina pada umumnya.
Dalam Naskah-naskah Cirebon, dikatakan bahwa Arya Kemuning merupakan anak dari Ong Tien, seorang putri Cina yang dinikahi oleh Sunan Gunung Jati. Selain itu Naskah-naskah Cirebon juga menjelaskan bahwa Arya Kemuning ini, sebenarnya bukan anak bilogis dari Sunan Gunung Jati dan Ong Tien. Karena dalam kisahnya dijelaskan bahwa ketika Sunan Gunug Jati mengembara ke Negeri Cina, rupanya Sunan Gunung Jati di uji kesaktiannya oleh Penguasa lokal di daratan Cina tersebut, dengan cara tebak-tebakan.
Sang Penguasa diceritakan punya dua puetri yang satu sudah menikah dan menurut tabib istana sedang dalam keadaan hamil muda sementara yang kedua adalah puetri yang masih gadis yang tentu saja sedang tidak hamil karena memang tak bersuami.
Si penguasa itu kemudian diceritakan menyuruh kedua anaknya untuk hadir dihadapan Sunan Gunung Jati, dan kemudian sang penguasa menyuruh Sunan Gunung Jati menabak putri mana yang sedang hamil. Ajaibnya Sunan Gunung Jati kemudian menebak bahwa putri yang kedualah yang sedang hamil.
Mendengar Jawaban dari Sunan Gunung Jati demikian tentu saja Sang ayah tidak percaya akan kesaktian Sunan Gunung Jati, mengingat meskipun Putri yang ditebak oleh Sunan Gunung Jati tersebut berpenampilan layaknya orang hamil akan tetapi pada nyatanya putri tersebut perutnya telah dipasangi Bokor (Sejenis Guci Yang Terbuat Dari Kuningan) sebelum dihadapkan pada Sunan Gunung Jati. Dari hasil ujian kesaktian tersebut, Sunan Gunung Jati kemudian dianggap pembohong, dan pada akhirnya diusir dari Cina oleh penguasa tersebut.
Perlu dipahami bahwa dalam naskah-naskah babad Cirebon dinyatakan bahwa sebab-sebab dipanggilnya Sunan Gunung Jati ke Kediaman Penguasa Cina itu dikarenakan sebelumnya Sunan Gunung Jati dianggap lancang menyebarkan Agama Islam di daerah itu, dalam penyebaran agama Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati di Cina tersebut dikatakan Suanan Gunung Jati berdakwah dengan cara mengobati orang-orang sakit didaerah itu dengan jalan keajaiban. Inilah sebabnya kemudian mengapa sang penguasa memanggil Sunan Gunung Jati ke kediamannya untuk di tes kesaktiannya, dalam kata lain sang penguasa itu penasaran ini penyebar Islam asing ini benar-benar sakti apa tukang tipu, bekitu kira-kira pikir sang penguasa.
Setelah dianggap gagal dalam menebak, mana yang hamil dan yang tidak kemudian diceritakan Sunan Gunung Jati diusir dari Cina, dan pada nantinya Sunan Gunug Jati meninggalkan Cina menuju Cirebon. Namun demikian setelah peristiwa itu,kejadian aneh muncul, ternyata Puteri yang pura-pura hamil dengan mengikatkan bokor diperutnya itu kemudian ternyata benar-benar hamil, dan bahkan diceritakan bokor tersebut kemudian menghilang dan masuk kedalam perut sehingga menjadi janin.
Memndapati Puterinya hamil, sang penguasa kemudian baru menyadari bahwa Sunan Gunung Jati benar-benar orang Sakti, dan mengakui kesaktiannya. Namun malang nasib sang puteri itu, hamil tiada suami. Sebab itulah kemudian sang Puteri diperintahkan untuk pergi meninggalkan Cina dan berlayar ke Cirebon untuk mengabdikan diri ke Sunan Gunung Jati. Puteri Cina itu dikenal dengan nama Ong Tien. Dan kelak anak yang lahir dari rahim Ong Tien tersebut kemudian diberi nama Arya Kemuning yang dipercayai mempunyai arti seorang kesatria yang lahir dari bokor yang terbuat dari kuningan. Tapi ini versi legenda, jauh daripada logika. Bukan begitu?
Meskipun secara jelas Naskah Cirebon menyatakan bahwa asl-usul Arya Kemuning merupakan anak jelmaan Bokor Kuningan yang tiada berayah, akan tetapi tidak demikian dengan asumsi penulis. Penulis beranggapan itu hanya kisah legenda saja, mengingat naskah-naskah Cirebon pada nyatanya dituliskan dengan bahasa kiasan sastra yang perlu penafsiran-penafsiran dalam menanggapinya.
Penulis menduga bahwa, "Arya Kemuning merupakan anak biologis dari Sunan Gunung Jati dan Puteri Cina yang bernama Ong Tien, dinamakan Arya Kemuning karena anak tersebut berkulit kuning seperti kulit ibunya. Setelah kelahiran Arya Kemuning, Sunan Gunung Jati membawa beliau jauh dari Istana dan dititpkan kepada suadara beliau diselatan Cirebon (Luragung), dan ketika dewasa Arya Kemuning kemudian diangkat menjadi Adipati diderah tersebut, Daerah yang dipimpinnya kemudian dinamakan Daerahnya orang Kuning/Kuningan, sementara Arya Kemuning kemudian dikenal juga dengan nama Pangeran Kuningan. Maksudnya penguasa wilayah Kuningan".
Selanjutnya, jika pembaca mempertanyakan apa landasan asumsi penulis hingga berasumsi sebagimana di atas itu?, maka jawabnya demikian;
Sunan Gunung Jati itu punya kebiasaan unik dalam membangun kekuasaan dan menyebarkan Islam di tanah Sunda. Seperti dalam kasus Banten, Sunan Gunung Jati setelah mengislamkan Adipati Banten kemudian memperistri anak dari sang adipati (Ada juga yang menyatakan Adik Adipati Banten), wanita yang diperistri Sunan Gunung Jati itu bernama Nyimas Kawunganten, dari perkawinan keduanya kemudian beliau memperoleh anak laki-laki yang diberinama Pangeran Sabakinkin, yang menpunyai nama lain Maulana Hasanudin. Dan belakangan Maulana Hasanudin ini kemudian setelah dewasa dinobatkan menjadi Sultan Banten oleh Sunan Gunung Jati. Dan Banten dijadikan pusat penyebaran Islam di Sunda bagian barat.
Nah begitupun dengan kasus Kuningan, Arya Kemuning itu nyatanya Anak Sunan Gunung Jati sendiri yang dipersiapkan untuk menjadi Adipati Kuningan. Dahulu gelar Adipati itu tidak sembarang orang, harus keturunan Raja Pusat atau minimal Sudara dekat, kan begitu.
Lalu, kenapa Kuningan tidak dibuat kesultanan dan pusat penyebaran Islam di Sunda juga macam banten..? Ya jawabnya karena Kuningan dekat dengan Cirebon jadi tidak perlu, begitu. Saya menduga pembentukan Keadipatian Kuningan Ini sebagi Benteng Cirebon dalam menghadapi kerajaan Galuh yang berpusat di Kawali (Sekarang Ciamis), Sehingga dengan adanya Kuningan yang Pro Cirebon, serbuan Kerajaan Galuh sebelum masuk ke pusat Kesultanan Cirebon dapat terlebih dahulu ditangkal oleh Kuningan.
Dalam sejarah Kabupaten Kuningan diputuskan bahwa hari jadi Kab Kuningan yaitu pada 1 September 1498 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kuningan Nomor 21/Dp.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978. Tahun tersebut didasarkan pada tahun dimana Arya Kemuning diangkat menjadi Adipati yang memerintah Kuningan dibawah Kesultanan Cirebon. Selain itu dalam legenda atau cerita-cerita yang berkembang dikuningan, dikatakan bahwa Arya Kemuning dan Pangeran Kuingan itu adalah dua orang yang berbeda. Tapi anehnya dalam naskah-naskah Cirebon tidak demikian, Arya Kemuning ya Pangeran Kuningan satu orang, anak Ong Tien itu.
Bagaimana...? sekali lagi bahwa yang di atas itu hanya asumsi dari penulis saja, kalau anda percaya silahkan tidakpun tidak apa-apa. Tapi saya kira asumi penulis itu berdasar dan tentunya lebih logis, atau anda sebagai orang Kuningan merasa keberatan..? Silahkan bagi yang berkebaratan tulisakan keberatanya pada kolom komentar ya..!!