Pengembangan Layanan IT - Ketika ada pertandingan sepak bola di mana pun, kita pasti memiliki sebuah tim favorit entah itu tim dari daerah kita atau pun tim yang terkenal dari luar negeri.
Kalau kita berbicara tentang Persipura tim kebanggaan dari Papua kadang luput dalam memahami ontologi dari sejarah dan seni perlawanan, di tengah majunya bisnis sepak bola sejak Papua di aneksasi hingga kini Persipura adalah identitas rakyat Papua itu sendiri dan hal ini tak bisa di pungkiri. Mari kita berkaca kembali kepada sejarah Persipura.
Sejarah dan Eksistensi Persipura
Persipura tidak hanya sebuah klub sepak bola saja tetapi Persipura juga merupakan simbol dari budaya dan karakter (identitas) rakyat Papua itu sendiri, Persipura muncul tidak terlepas dari keresahan Rakyat Papua di tengah situasi konflik politik yang mencekam pada tahun 1961 (yang sering kita sebut Trikora), 1962 (New York Agreement & Roma Agreement disertai operasi militer di seluruh tanah Papua ), sampai 1965 ( ketika Soekarno dikudeta oleh Soeharto).
Dalam situasi politik yang mencekam pada saat itu, keinginan Rakyat Papua dalam menyatukan pemuda (Rakyat Papua) digagas bersama-sama dengan orang-orang yang dididik oleh Belanda. Mereka adalah mantan Anggota VBH (Voetball Bond Hollandia 1952-1955), mereka mencetuskan ide untuk menolong dan mengorganisir Pemuda Papua lewat sepak bola maka tim Mutiara Hitam (Persipura) dideklarasikan pada 25 Mei 1965 di Aula GKI APO Kota Baru /Soekarnopurna (sekarang Jayapura).
Menurut Benny Jansenem, sepak bola di kenalkan oleh orang Belanda (di jaman Zendelling) pada tahun 1925 oleh guru-guru sekolah dan penginjil pada saat itu di asrama-asrama. Selanjutnya pada 1950-1963 didirikanlah berbagai kesebelasan yang berafiliasi dengan KNVB (Koninklijk Netderland Voetball Bond) atau PSSI-nya Belanda, yang waktu itu semua peraturan disesuaikan dengan KNVBdan setiap 30 april diadakan pertandingan final tournament dmemperebutkan piala / baker Koningen Juliana Verjaardag (HUR Ratu Juliana).
Sejak masuk ke era perserikatan hingga sekarang persipura menjadi salah satu klub yang ditakuti, setelah sekian lama mengukir banyak prestasi di Indonesia. Persipura juga pernah memecahkan rekor sebagai klub pertama yang bisa ikut kompetisi hingga ke luar negeri di mana Persipura menembus semifinal di Piala AFC 2014 (yang gagal lantaran konflik yang dibuat-buat oleh PSSI dan Pemerintah)
Persipura dan kampanye Free West Papua
Setelah kejayaan Persipura di liga-liga bergengsi Indonesia, persipura mendapatkan angin segar untuk berlaga di kanca internasional pada piala AFC di tahun 2015, lalu. Pada saat itu sebenarnya Persipura memiliki kesempatan/ peluang untuk menjuarai piala AFC namun usahanya terhenti ketika pemerintah RI memainkan skenario teselubung untuk membungkam persipura di kanca internasional, mengapa?
Kalau kita berbicara tentang Persipura tim kebanggaan dari Papua kadang luput dalam memahami ontologi dari sejarah dan seni perlawanan, di tengah majunya bisnis sepak bola sejak Papua di aneksasi hingga kini Persipura adalah identitas rakyat Papua itu sendiri dan hal ini tak bisa di pungkiri. Mari kita berkaca kembali kepada sejarah Persipura.
Sejarah dan Eksistensi Persipura
Persipura tidak hanya sebuah klub sepak bola saja tetapi Persipura juga merupakan simbol dari budaya dan karakter (identitas) rakyat Papua itu sendiri, Persipura muncul tidak terlepas dari keresahan Rakyat Papua di tengah situasi konflik politik yang mencekam pada tahun 1961 (yang sering kita sebut Trikora), 1962 (New York Agreement & Roma Agreement disertai operasi militer di seluruh tanah Papua ), sampai 1965 ( ketika Soekarno dikudeta oleh Soeharto).
Dalam situasi politik yang mencekam pada saat itu, keinginan Rakyat Papua dalam menyatukan pemuda (Rakyat Papua) digagas bersama-sama dengan orang-orang yang dididik oleh Belanda. Mereka adalah mantan Anggota VBH (Voetball Bond Hollandia 1952-1955), mereka mencetuskan ide untuk menolong dan mengorganisir Pemuda Papua lewat sepak bola maka tim Mutiara Hitam (Persipura) dideklarasikan pada 25 Mei 1965 di Aula GKI APO Kota Baru /Soekarnopurna (sekarang Jayapura).
Menurut Benny Jansenem, sepak bola di kenalkan oleh orang Belanda (di jaman Zendelling) pada tahun 1925 oleh guru-guru sekolah dan penginjil pada saat itu di asrama-asrama. Selanjutnya pada 1950-1963 didirikanlah berbagai kesebelasan yang berafiliasi dengan KNVB (Koninklijk Netderland Voetball Bond) atau PSSI-nya Belanda, yang waktu itu semua peraturan disesuaikan dengan KNVBdan setiap 30 april diadakan pertandingan final tournament dmemperebutkan piala / baker Koningen Juliana Verjaardag (HUR Ratu Juliana).
Sejak masuk ke era perserikatan hingga sekarang persipura menjadi salah satu klub yang ditakuti, setelah sekian lama mengukir banyak prestasi di Indonesia. Persipura juga pernah memecahkan rekor sebagai klub pertama yang bisa ikut kompetisi hingga ke luar negeri di mana Persipura menembus semifinal di Piala AFC 2014 (yang gagal lantaran konflik yang dibuat-buat oleh PSSI dan Pemerintah)
Persipura dan kampanye Free West Papua
Setelah kejayaan Persipura di liga-liga bergengsi Indonesia, persipura mendapatkan angin segar untuk berlaga di kanca internasional pada piala AFC di tahun 2015, lalu. Pada saat itu sebenarnya Persipura memiliki kesempatan/ peluang untuk menjuarai piala AFC namun usahanya terhenti ketika pemerintah RI memainkan skenario teselubung untuk membungkam persipura di kanca internasional, mengapa?
- Popularitas persipura mampu menjadi wadah perjuangan papua merdeka di kanca internasional.
- Persipura mampu menumbuhkan nasionalisme Papua di dalam kehidupan masyarakat Papua sendiri.
- Persipura akan menjadi ajang kampanye soal referendum seperti catalan.
- Banyak dunia akan soroti soal pelanggaran HAM di Papua, yang tentunya menggangu jenderal-jenderal kebal hukum.
- Bicara soal Papua merdeka akan semakin massif di kanca internasional.
Karena soal inilah persipura menjadi dadu yang di permainkan oleh pemerintah untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk atas stabilitas NKRI harga mati, namun masalah di atas ini sebaliknya menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia itu sendiri, kenapa?
- Kepercayaan persipura kepada pemerintah Indonesia dalam mengatur tim Mutiara Hitam semakin menurun drastis dengan adanya penekanan kepada mereka yang semaking mengada-ada.
- Tidak adanya kepercayaan rakyat papua kepada pemerintah Indonesia dalam melihat permasalahan di Papua, sbb klub bola saja tidak bisa ditangani pemerintah apalagi rakyat Papua seluruhnya!
- Suatu saat jika ada pertandingan serupa seperti AFC 2 tahun lalu, persipura akan punya kesempatan yang sama untuk berlaga di liga-liga bergengsi tersebut. dan masih banyak lagi.
Nasionalisme Papua dalam jiwa pemain Persipura
Ketika melihat psikologis pemain Persipura secara keseluruhan dalam dinamika persepakbolaan di indonesia, mereka sungkan kalau disuruh untuk bermain di club lain, contoh saja seperti Boas beberapa kali mangkir di timnas sampai namanya di coret dari daftar pemain timnas Indonesia. bukan lagi hal baru, pemain-pemain Papua lebih mementingkan klub tercintanya daripada panggilan Negara. Kenapa bisa?
Ketika melihat psikologis pemain Persipura secara keseluruhan dalam dinamika persepakbolaan di indonesia, mereka sungkan kalau disuruh untuk bermain di club lain, contoh saja seperti Boas beberapa kali mangkir di timnas sampai namanya di coret dari daftar pemain timnas Indonesia. bukan lagi hal baru, pemain-pemain Papua lebih mementingkan klub tercintanya daripada panggilan Negara. Kenapa bisa?
- Indonesia gagal merebut hati pemain orang asli Papua.
- Pemain papua selalu dimarginalkan ketika bergabung dengan timnas.
- Pemain Indonesia masih terlalu rasis terhadap pemain Papua.
- Pemain Indonesia selalu menjaga jarak terhadap pemain papua ketika berada di luar lapangan.
- Kebanyakan orang papua mendapatkan streotip negative (rasisme).
Sejak tahun 1961 Papua terus dilanda permasalahan yang silih berganti dan terus bergejolak dari tahun ke tahun hingga sekarang daftar kematian rakyat Papua (yang dibunuh oleh impossible hand) tidak lagi bisa disamakan dengan menghitung berapa harga saham Freeport yang mainkan keluarga Mc’moran bersama Jokowi dan juga keluarga Cendana. Indonesia selalu melihat permasalahan Papua seperti arang yang tidak mungkin menjadi bara jika ditiup angin, namun mereka salah, permasalahan ini seperti sebuah kanker yang kalau sudah menyebar, sulit untuk diobati.
Ketika kita (pemain Persipura dan rakyat Papua seluruhnya) menganalogikan persipura itu seperti sebuah Bom dari Bangsa Tanpa Negara, tentu disanalah pemantapan nasionalisme bangsa papua itu akan tumbuh seiring dengan kekuatan persipura jika mampu memposisikan diri dalam kampanye Hak Menentukan Nasib Sendiri Bangsa West Papua dalam medium persepakbolaan.
Persipura dan Arah Politik
Melihat realita sekarang dalam dinamika politik di West Papua, kadang saya berpikir kalau seandainya persipura memiliki arah politik yang jelas keberpihakannya entah itu buruk ataupun baik bagi rakyat West Papua, saya yakin lapangan hijau adalah ajang konsolidasi untuk membentuk strategi perlawanan Namun berkaca dari tahun 1965 hingga sekarang, Persipura hanyalah sebuah tontonan dan hiburan semata di negara yang menindas rakyat Papua itu sendiri. padahal melalui persipura, rakyat papua bisa menyalurkan perlawanannya secara legal atas keberadaan Indonesia di tanah apua sebagai penjajahan di mata rakyat Papua .
Jika kita (Persipura) berkaca dari Barcelona yang sebenarnya adalah simbol perlawanan anti spanyol dari rakyat Catalan.
Hampir sama seperti Papua: Catalan memang merupakan bagian dari Spanyol. Namun demikian, rakyat Catalan hingga kini belum sepenuhnya merasa menjadi bagian dari Spanyol (seperti rakyat papua tidak pernah merasa sebagai bagian dari Indonesia). Hal tersebut tidak lepas dari rekam jejak masa lalu yang begitu kuat dan kelam dalam ingatan rakyat Catalan.
Gerakan perlawanan Catalan mungkin tak lagi sehebat dulu, ketika perlawanan rakyat Catalan tersimbolisi dalam organisasi Euskadi Ta Askatasuna (ETA), yang dinyatakan Pemerintah Spanyol sebagai gerakan separatis dan terorisme. Namun perlawanan terhadap sisa duka peninggalan rezim Franco masih terus membekas dihati rakyat Catalan. Kemerdekaan merupakan harga mati bagi mereka. Merdeka sebagai pengakuan keberadaan Catalan, sekaligus kebebasan sejatinya untuk berpikir tanpa tekanan, tanpa diskriminasi serta merdeka untuk menentukan nasibnya sendiri (self determination).
Dengan kegigihan rakyat Catalan untuk merdeka terus bertahan hingga kini dan syukur perlawanan mereka untuk menentukan nasib sendiri baru terlaksana bulan ini pada tanggal 1 oktober 2017 melalui mekanisme referendum yang penuh terror dan berdarah-darah.
Sejarah Lahirnya Barcelona
Lahirnya FC Barcelona berawal dari kedatangan seorang kebangsawan Swiss yang datang ke Spanyol untuk urusan bisnis dengan sejumlah orang setempat dan Inggris. Dia adalah Joan Gamper yang kemudian menjadi pendiri FC Barcelona. Mereka ternyata sama-sama menyukai sepakbola. Akhirnya di kantor Sole Gym pada 29 November 1899 Gamper bertemu Gualteri Wild, Lluis d’Osso, Bartomeu Terrados, Otto Kunzle, Otto Maier, Enric Ducal, Pere Cabot, Carles Pujol, Josep Llobet, John Parsons, dan William Parsons. Duabelas orang tersebut berkumpul dengan maksud mendirikan klub sepakbola dan berdirilah Football Club Barcelona yang juga disebut Barca.
Nasionalisme Catalonia Dalam Jiwa Pemain Barcelona
Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!. Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Kisah Barcelona, yang menjadi senjata tiga juta penduduk Catalunya untuk menentang pemerintah Spanyol tentu bukan barang baru. Slogan “Catalonia is not Spain” melekat pada klub yang berdiri sejak 1899 ini.
Barcelonistas kerap melantunkan nyanyian dengan bahasa Catalan. Isinya sudah tentu mencaci keganasan Kerajaan Spanyol di masa lampau. Bak sekelompok paduan suara, mereka rutin menyanyikannya di stadion Camp Nou.
Tak terkecuali para pemain. Punggawa Barcelona di timnas Spanyol kerap mengidentifikasi diri sebagai Anti-Spanyol. Kejadian yang terjadi usai La Furia Roja memastikan diri sebagai juara dunia bisa jadi contoh. Kala itu, Xavi Hernandez dan Carles Puyol melakukan selebrasi juara dengan bendera Catalan.
Kesimpulan
ketika kita melihat lebih jauh, sebenarnya persipura dan Barcelona memiliki latar belakang yang hampir sama mulai dari sejarah masa lalu yang kelam dan juga persamaan Barcelona (Catalan) dan persipura (Papua) yang dianeksasi dan dijajah hingga sekarang, secara Geografispun Papua hampir sama dengan Catalan.
Sekarang catalan sudah referendum, bagaimana dengan Papua?
Jika kita belajar dari rakyat catalan yang selalu berjuang tanpa pamrih hingga sekarang dan telah menjalankan Referendum, tinggal bagaimana persipura mengambil posisi sebagai wadah konsolidasi dalam perjuangan seperti Barcelona, dan juga bisa mempersatukan rakyat Papua serta mengambil peran penting dalam membangun nasionalisme bangsa West Papua menuju Hak Menentukan Nasib Sendiri atau Self Determination.
Ketika kita (pemain Persipura dan rakyat Papua seluruhnya) menganalogikan persipura itu seperti sebuah Bom dari Bangsa Tanpa Negara, tentu disanalah pemantapan nasionalisme bangsa papua itu akan tumbuh seiring dengan kekuatan persipura jika mampu memposisikan diri dalam kampanye Hak Menentukan Nasib Sendiri Bangsa West Papua dalam medium persepakbolaan.
Persipura dan Arah Politik
Melihat realita sekarang dalam dinamika politik di West Papua, kadang saya berpikir kalau seandainya persipura memiliki arah politik yang jelas keberpihakannya entah itu buruk ataupun baik bagi rakyat West Papua, saya yakin lapangan hijau adalah ajang konsolidasi untuk membentuk strategi perlawanan Namun berkaca dari tahun 1965 hingga sekarang, Persipura hanyalah sebuah tontonan dan hiburan semata di negara yang menindas rakyat Papua itu sendiri. padahal melalui persipura, rakyat papua bisa menyalurkan perlawanannya secara legal atas keberadaan Indonesia di tanah apua sebagai penjajahan di mata rakyat Papua .
Jika kita (Persipura) berkaca dari Barcelona yang sebenarnya adalah simbol perlawanan anti spanyol dari rakyat Catalan.
Hampir sama seperti Papua: Catalan memang merupakan bagian dari Spanyol. Namun demikian, rakyat Catalan hingga kini belum sepenuhnya merasa menjadi bagian dari Spanyol (seperti rakyat papua tidak pernah merasa sebagai bagian dari Indonesia). Hal tersebut tidak lepas dari rekam jejak masa lalu yang begitu kuat dan kelam dalam ingatan rakyat Catalan.
Gerakan perlawanan Catalan mungkin tak lagi sehebat dulu, ketika perlawanan rakyat Catalan tersimbolisi dalam organisasi Euskadi Ta Askatasuna (ETA), yang dinyatakan Pemerintah Spanyol sebagai gerakan separatis dan terorisme. Namun perlawanan terhadap sisa duka peninggalan rezim Franco masih terus membekas dihati rakyat Catalan. Kemerdekaan merupakan harga mati bagi mereka. Merdeka sebagai pengakuan keberadaan Catalan, sekaligus kebebasan sejatinya untuk berpikir tanpa tekanan, tanpa diskriminasi serta merdeka untuk menentukan nasibnya sendiri (self determination).
Dengan kegigihan rakyat Catalan untuk merdeka terus bertahan hingga kini dan syukur perlawanan mereka untuk menentukan nasib sendiri baru terlaksana bulan ini pada tanggal 1 oktober 2017 melalui mekanisme referendum yang penuh terror dan berdarah-darah.
Sejarah Lahirnya Barcelona
Lahirnya FC Barcelona berawal dari kedatangan seorang kebangsawan Swiss yang datang ke Spanyol untuk urusan bisnis dengan sejumlah orang setempat dan Inggris. Dia adalah Joan Gamper yang kemudian menjadi pendiri FC Barcelona. Mereka ternyata sama-sama menyukai sepakbola. Akhirnya di kantor Sole Gym pada 29 November 1899 Gamper bertemu Gualteri Wild, Lluis d’Osso, Bartomeu Terrados, Otto Kunzle, Otto Maier, Enric Ducal, Pere Cabot, Carles Pujol, Josep Llobet, John Parsons, dan William Parsons. Duabelas orang tersebut berkumpul dengan maksud mendirikan klub sepakbola dan berdirilah Football Club Barcelona yang juga disebut Barca.
Nasionalisme Catalonia Dalam Jiwa Pemain Barcelona
Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!. Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Kisah Barcelona, yang menjadi senjata tiga juta penduduk Catalunya untuk menentang pemerintah Spanyol tentu bukan barang baru. Slogan “Catalonia is not Spain” melekat pada klub yang berdiri sejak 1899 ini.
Barcelonistas kerap melantunkan nyanyian dengan bahasa Catalan. Isinya sudah tentu mencaci keganasan Kerajaan Spanyol di masa lampau. Bak sekelompok paduan suara, mereka rutin menyanyikannya di stadion Camp Nou.
Tak terkecuali para pemain. Punggawa Barcelona di timnas Spanyol kerap mengidentifikasi diri sebagai Anti-Spanyol. Kejadian yang terjadi usai La Furia Roja memastikan diri sebagai juara dunia bisa jadi contoh. Kala itu, Xavi Hernandez dan Carles Puyol melakukan selebrasi juara dengan bendera Catalan.
Kesimpulan
ketika kita melihat lebih jauh, sebenarnya persipura dan Barcelona memiliki latar belakang yang hampir sama mulai dari sejarah masa lalu yang kelam dan juga persamaan Barcelona (Catalan) dan persipura (Papua) yang dianeksasi dan dijajah hingga sekarang, secara Geografispun Papua hampir sama dengan Catalan.
Sekarang catalan sudah referendum, bagaimana dengan Papua?
Jika kita belajar dari rakyat catalan yang selalu berjuang tanpa pamrih hingga sekarang dan telah menjalankan Referendum, tinggal bagaimana persipura mengambil posisi sebagai wadah konsolidasi dalam perjuangan seperti Barcelona, dan juga bisa mempersatukan rakyat Papua serta mengambil peran penting dalam membangun nasionalisme bangsa West Papua menuju Hak Menentukan Nasib Sendiri atau Self Determination.